Minggu, 09 Oktober 2016

SQUARE MESH PADA PUKAT HELA (TRAWL)

DESAIN KONSTRUKSI PUKAT HELA DENGAN MODIFIKASI SQUARE MESH
Hudring, Perekayasa Muda, Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang.
*Email: hudring_bbppi@yahoo.com
AbstrakPukat hela yang banyak digunakan di Indonesia merupakan alat tangkap yang tidak selektif. Hasil tangkapan sampingan dapat mencapai 7 juta ton dan dibuang ke laut oleh nelayan. Pukat hela memerlukan mata jaring persegi agar dapat meloloskan juvenil dan ikan kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan desain dan konstruksi pukat hela dengan modifikasi square mesh, menganalisis komposisi jenis dan ukuran hasil tangkapan, serta menganalisis nilai produksi hasil tangkapan sampingan yang diperoleh. Metode yang digunakan yaitu experimental fishing  dengan menggunakan ukuran mata square mesh yaitu 1,5’; 1,75’; dan 2’. Hasil yang diperoleh adalah pukat hela dipasang square mesh pada 1/3 dari keliling badan pukat untuk arah horisontal dan arah vertikal sepanjang 2,5 -3 meter. Semakin besar ukuran mata jaring square mesh, maka semakin besar tingkat kelolosan yang didapatkan, dan hasil tangkapan sampingan yang diperoleh tidak mempengaruhi pendapatan nelayan.
Kata kunci: Desain, Pukat Hela, Square Mesh.

AbstractTrawl which is widely used in Indonesia is a non selective fishing gear. 7 million tonnes of bycatch trawl  thrown into the sea. Trawl with square mesh required for release juvenile and small fish. The purpose of the research was to describe the design and construction of the modified square mesh trawl, analyzing the species and the size composition, and analyzing the production value of bycatch obtained. The research using experimental fishing, size of square mesh are 1.5’; 1.75’, and 2’. The results of the research showed that square mesh modified installed at 1/3 of the circumference of the body trawl for horizontal and vertical direction (2.5 – 3 meters).. The larger of square mesh, the greater the level of release. Production value of bycatch does not affect the income of fishermen.
Keywords: Design, Trawl, Square Mesh.


I.      Pendahuluan
Hasil tangkapan sampingan (HTS) secara luas diartikan sebagai semua yang tidak diinginkan nelayan untuk ditangkap, seperti ikan, penyu, karang lunak, serta benda yang tidak hidup.FAO memperkirakan hampir 7 juta ton hasil HTS yang dibuang ke laut oleh nelayan. Usaha penangkapan trawl (pukat-hela) udang merupakan alat tangkap penyumbang HTS terbanyak (27%) yang dibuang ke laut di seluruh dunia. Trawl udang dapat menangkap beberapa ratus speies ikan bertulang keras dan lebih berat dari hasil tangkapan udangnya dengan perbandingan 20:1, sehingga dianggap sebagai alat tangkap yang tidak selektif [1].
Alat tangkap pukat hela adalah salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan di Indonesia dikarenakan tingginya produktivitas yang dihasilkan dari alat tangkap ini. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap pukat hela tidak ramah lingkungan, disamping dapat merusak habitat perairan juga sangat tidak selektif terhadap jenis dan ukuran ikan yang tertangkap. Pelarangan penggunaan pukat hela melalui Keppres no. 39 tahun 1980 tidak sepenuhnya dipatuhi [2]. Hal ini dikarenakan pukat hela berukuran kecil dengan ukuran kapal <5 GT masih banyak beroperasi, para nelayan mencoba mengganti nama alat tangkap ini dengan nama seperti lampara dasar, dogol, arad, dan lain-lain. Memperhatikan dan mempertimbangkan kenyataan di lapangan, akhirnya pemerintah melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/Permen-KP/2015, melarang pengoperasian Pukat Hela dan Pukat Tarik di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia [3].
Pada tahun 2002 – 2008, FAO pernah menetapkan pengelolaan terhadap HTS di Perairan Laut Arafura yaitu melalui program REBYC II (Reduction of Enviromental Impact from Tropical Shrimp Pukat Helaing Trough The Introduction of By-Catch) dengan mewajibkan pukat hela dilengkapi dengan TED (Tutle Excluder Device) dan BRD (Bycatch Reduction Device). Penelitian terdahulu sudah banyak yang mengkaji mengenai penggunaan TED/BRD, tetapi masih sulit diterapkan di lapangan. Oleh karena itu, penelitian mengenai desain konstruksi pukat hela dengan modifikasi square mesh perlu dilakukan dengan harapan dapat meloloskan juvenil dan ikan kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan desain dan konstruksi pukat hela dengan modifikasi square mesh dan menganalisis komposisi jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan pukat hela.

II.   Metode Penelitian

2.1 Waktu dan tempat
Untuk kaji terap alat tangkap pukat hela dengan modifikasi square mesh dilakukan di Perairan Balikpapan yang berada pada koordinat 1015’5,74” – 1015’48,15” LS dan 116056’28,74” – 116058’14,77” BT. Daerah operasi penangkapan ikan berada di Perairan Selat Makassar, dengan jarak sekitar 4 mil dari pantai. Operasi penangkapan dilakukan pada perairan dengan kedalaman 9 – 11 meter dengan substrat dasar perairan adalah lumpur. Pengambilan data primer dilakukan di TPI Manggar dikarenakan merupakan basis penangkapan menggunakan pukat hela. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari, dengan pengoperasian sebanyak 10 kali.

2.2 Jenis dan sumber data
Data yang diperoleh teridiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui uji coba (experimental fishing) dan pengamatan secara langsung (observasi) terhadap pukat hela yang dimodifikasi dengan square mesh. Data sekunder diperoleh dari laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur maupun Kota Balikpapan, studi pustaka, dan berbagai tulisan berkaitan dengan obyek penelitian.

2.3 Tahapan penelitian
Tahapan dalam pengambilan data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Pengambilan data untuk tiap 3 jenis ukuran mata jaring square mesh (1,5 inchi; 1,75 inchi; 2 inchi) dan dilakukan minimal 3 kali pengulangan kemudian dibandingkan dengan pukat hela milik nelayan yang tidak menggunakan square mesh (kontrol);
2.    Masing-masing kapal melakukan pengoperasian sebanyak 3 trip dengan 3 kali setting per trip;
3.    Pengamatan yang dilakukan terhadap keempat jenis pukat hela tersebut dengan cara:
a.    Empat kapal menggunakan pukat hela yang berbeda dioperasikan dalam waktu yang sama dan fishing ground yang berdekatan;
b.    Penyortiran jenis dan ukuran ikan yang lolos melalui square mesh (kantong cover) dan masuk ke dalam kantong utama (cod end); dan
c.    Membandingkan ukuran hasil tangkapan dan menghitung nilai ekonomis dari bycatch yang lolos melalui square mesh.

2.4 Tahapan perancangan desain pukat hela dengan modifikasi square mesh
Kegiatan pendataan dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan data awal kondisi eksisting pukat hela yang beroperasi dan digunakan nelayan. Berdasarkan informasi spesifikasi pukat hela ini menjadi dasar perekayasaan untuk disempurnakan dengan penggunaan mata jaring persegi (square mesh) sebagai alat pelolos ikan anakan atau juvenil. Pembuatan desain awal dilakukan setelah melalui proses uji simulasi pada saat perhitungan analitik rinci dimana hasilnya adalah nilai-nilai variabel karakteristik yang ideal menurut rasio-rasionya. Pada desain awal telah menggambarkan data awal tentang:
1.    Bentuk konfigurasi, dimana secara global dimensi dan semua bagian yang seharusnya ada telah terlihat pada masing-masing bagian alat tangkap pukat hela dengan modifikasi square mesh;
2.    Kalkulasi kinerja awal dapat dilihat melalui uji simulasi pukat hela dengan modifikasi square mesh dimana telah menunjukkan kinerja yang layak operasional; dan
3.    Berdasarkan data dan informasi hasil uji komparasi dapat dibuat gambar teknis desain pukat dengan modifikasi square mesh.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Desain dan konstruksi pukat hela dengan modifikasi square mesh
Desain dan konstruksi pukat hela dasar dengan modifikasi square mesh dapat dilihat pada Gambar 1.



Gambar 1.
a. Desain pukat hela; b. Desain pemotongan pukat hela




a.
b.
Gambar 2.
a. Desain pukat hela dengan modifikasi square mesh; b. Desain pukat hela dengan cover waring

Untuk memperjelas letak modifikasi pada pukat hela maka dilakukan penggambaran desain (Gambar. 2) dengan melengkapi penempatan square mesh pada bagian badan atas (upper belly). Modifikasi dilakukan dengan memotong bagian tengah badan atas antara bagian mulut dan kantong,  dan diganti dengan square mesh. Jumlah jaring yang diganti sebanyak 70 mata jaring ke arah memanjang dan 80 mata jaring ke arah melintang. Square mesh yang disiapkan untuk mengganti bagian yang dipotong adalah 80 mata square mesh ke arah melintang dan 100 mata square mesh ke arah memanjang.
Cara merancang alat tangkap pukat hela dengan modifikasi square mesh adalah sebagai berikut:
1.    Membuat sketsa alat tangkap secara lengkap mulai dari bagian-bagian pukat, tali temali, pelampung, pemberat;
2.    Menentukan sifat komponen dalam sketsa tersebut;
3.    Membuat rancangan dalam bentuk potongan/irisan dari tiap bagian pukat (sayap, badan, kantong);
4.    Potongan-potongan bagian pukat tersebut disatukan melalui penyambungan dengan jahitan benang jaring, sampai membentuk desain;
5.    Pada bagian badan pukat yang diganti dengan square mesh, dipotong sesuai ukuran jaring square mesh yang akan dipasang;
6.    Cara mengganti badan jaring belah ketupat dengan square mesh adalah sebagai berikut:
a.    Memastikan bagian tengah dari badan pukat (ada sisa satu potongan dari kantong dan satu potongan dari sayap);
b.    Hitung jumlah mata jaring yang akan diganti yaitu bagian badan atas (upper belly) dengan lebar 1/3 dari jumlah mata keliling badan pada bagian potongan tersebut;
c.    Persiapkan square mesh yaitu jaring dengan mata belah ketupat namun dipotong all bar sehingga membentuk mata jaring persegi (square mesh);
d.    Pada ujung-ujung yang berada dekat sayap atau kantong disambung pada bentangan kayu yang bertujuan agar square mesh tetap terbuka;
e.    Bagian potongan square mesh yang telah dilengkapi dengan kayu pada ujungnya disambung dengan bagian badan jaring ke arah sayap dan kantong;
f.     Sambung bagian samping untuk menyatukan antara potongan badan square mesh dengan bagian badan pukat yang diganti;
g.    Untuk keperluan uji coba maka bagian badan pukat yang diganti square mesh ditutup cover bahan waring;
7.    Lengkapi pukat yang dibuat tersebut dengan pelampung, pemberat, dan tali temali; dan
8.    Alat tangkap pukat hela dengan modifikasi square mesh siap untuk diuji cobakan.

3.2 Tingkat kelolosan ikan melalui square mesh
Berdasarkan hasil uji terap yang dilakukan di Balikpapan, Kalimantan Timur, didapatkan hasil tingkat kelolosan ikan pada ukuran square mesh yang berbeda dan tersaji pada Tabel. , berikut:

Tabel. Tingkat kelolosan ikan melalui square mesh
Setting
Cod end (kg)
Cover (kg)
Tingkat Kelolosan  (%)
1,5’
1,75’
2’
1,5’
1,75’
2’
1
21,43
2,45


10,4


2
18,65
2,06


11,0


3
24,16
3,86


15,0


4
22,34
2,43


10,8


5
16,78
2,08


12,2


6
22,64
2,47


10,9


7
15,52
1,98


12,0


8
17,43
2,05


11,1


9
23,74
2,18


13,7


10
20,40
1,86


15,2


11
17,43

2,78


15,9

12
18,66

3,53


18,9

13
21,51

3,59


16,6

14
18,98

3,39


17,8

15
15,74

1,98


12,5

16
16,11

2,41


14,9

17
19,66

3,21


16,3

18
28,44

3,10


10

19
24,85

2,21


8,89

20
26,36

3,41


12,9

21
21,32


3,47


16,2
22
25,84


4,29


16,6
23
18,41


2,72


14,7
24
21,72


3,15


14,5
25
19,45


4,14


21,2
26
21,86


4,71


21,6
27
20,23


3,82


18,9
28
21,71


3,4


15,7
29
18,42


3,2


17,4
30
17,21


2,7


15,7
Total
390,3
122,7
145,9
172,6



Rata-rata
19,54
12,27
14,95
17,26
12,3
15,5
17,2

Persentase ikan yang lolos melalui square mesh terhadap ikan hasil tangkapan yang ada di kantong utama adalah berkisar antara 12,3 – 17,2 % dari total hasil tangkapan. Semakin besar mata square mesh yang digunakan, semakin besar pula persentase kelolosan ikannya. Hal ini berarti ukuran mata square mesh berbanding lurus dengan tingkat kelolosannya.

3.3 Komposisi jenis dan ukuran hasil tangkapan
Ada beberapa jenis ikan yang tertampung pada cover sulit untuk diidentifikasi karena ukuran yang kecil sehingga beberapa ciri ikan menjadi kurang jelas. Pada umumnya jenis hasil tangkapan ikan yang tertangkap pada bagian kantong pukat hela dan bagian cover waring jenisnya relatif sama. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan square mesh pada pukat hela, maka dilakukan perbandingan ukuran hasil tangkapan yang tertampung pada kantong dan cover. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel., berikut:

Tabel. Perbandingan ukuran hasil tangkapan pada kantong dan cover
No
Spesies
Kantong
Cover
Rentang Panjang (cm)
Jumlah Sampel (ekor)
Rentang Panjang (cm)
Jumlah Sampel (ekor)
1
Udang
7 - 22
25
4 – 6
25
2
Cumi
5 - 11
6
3 - 4
6
3
Layur
30 - 40
6
12 – 28
6
4
Pepetek
7 - 15
11
2 – 5
11

Spesies yang dijadikan sampel merupakan spesies yang dapat teridentifikasi dengan baik dan terdapat pada dua bagian jaring, yaitu kantong serta cover waring. Udang menjadi sampel yang paling banyak diambil dikarenakan alat tangkap pukat hela mempunyai target penangkapan yaitu udang. Udang yang tertangkap terdiri dari jenis manthis shrimp, black tiger shrimp, white shrimp, dan udng krosok. Terlihat perbedaan ukuran yang cukup jelas pada bagian kantong dengan udang yang lolos dari square mesh. Begitu juga dengan spesies lainnya yang terlihat jelas perbedaan ukuran spesies yang tertangkap di kedua bagian tersebut.
Berdasarkan Tabel., dapat dilihat bahwa penggunaan square mesh dapat meloloskan ikan berukuran kecil yang masih juvenil. Penggunaan square mesh yang tetap terbuka pada saat towing memungkinkan ikan keluar dari pukat hela, khususnya ikan perenang kuat yang mampu melawan arah arus penghelaan pukat. Hanya juvenil ikan demersal yang masih tertangkap di bagian kantong karena kemampuan renang yang rendah sehingga tidak dapat meloloskan diri melalui square mesh. Proporsi juvenil ikan demersal yang tertangkap pun sangat kecil, yaitu sekitar 5%.

3.4 Nilai produksi ikan by catch yang tertangkap
Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari penggunaan mata jaring persegi (square mesh) terletak pada penambahan nilai jual dari sumberdaya ikan yang lolos saat ini. Sumberdaya ikan yang lolos memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, dan memungkinkan dapat tertangkap lagi pada saat sudah bertambah ukurannya. Nilai jualnya akan bertambah seiring dengan pertambahan ukuran tubuh ikan yang lolos tersebut.
Ikan by catch yang berukuran kecil maupun non ekonomis di Kecamatan Manggar, Kota Balikpapan  dijual dalam bentuk 1 box styrofoam dengan volume 30 – 40 kg. Harga dari 1 box ikan tersebut yaitu Rp 20.000,00.  Hasil perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa penggunaan square mesh pada pukat hela tidak akan mengurangi pendapatan nelayan, karena pada umumnya ikan yang berukuran kecil jika tertangkap akan dibuang. Sebaliknya, sumberdaya ikan tersebut apabila dibiarkan lolos sekarang maka di waktu mendatang apabila tertangkap kembali akan menambah pendapatan nelayan. Contohnya adalah udang  dengan ukuran 1 kg yang terdiri dari 20 ekor akan mencapai harga Rp 40.000,00/kg.  
IV. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah pukat hela dipasang square mesh pada 1/3 dari keliling badan pukat untuk arah horisontal dan arah vertikal sepanjang 2,5 -3 meter dengan ukuran mata 1,5’; 1,75’, dan 2’. Semakin besar ukuran mata square mesh, maka semakin besar juga tingkat kelolosan ikan dengan komposisi ikan terbanyak yaitu ikan pepetek, udang, cumi, dan layur. Penggunaan square mesh  tidak akan mengurangi pendapatan nelayan, karena pada umumnya ikan kecil jika tertangkap akan dibuang.

Daftar Pustaka
  [1]     S. Eayrs, Pedoman untuk Mengurangi Hasil Tangkapan Sampingan (HTS) pada Perikanan Pukat Hela (Trawl) Udang Perairan Tropis, Rome, Italy, FAO, 2005.
  [2]     Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1980 Tentang Penghapusan Jaring Trawl.
  [3]     Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen-KP/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.


1 komentar:

  1. Borgata Archives - DRMCD
    Borgata's Atlantic 안양 출장마사지 City casino and 시흥 출장안마 hotel announced 의왕 출장마사지 their latest casino opening since 정읍 출장안마 June. The Borgata is the world's first integrated 울산광역 출장안마 casino. The first and Feb 24, 2020

    BalasHapus